Damn, I love Russia!

Damn, I love Russia!
Berbicara soal cinta, suka, senang dan bahagia tentu tak ada habisnya, serius loh. Perasaan-perasaan itu bisa datang begitu aja atau bisa juga datang karena terbiasa. Kadang kita perlu waktu lama untuk tau dan paham bahwa diri ini tertarik terhadap sesuatu, seseorang dan lainnya. Di Rusia gue mungkin kembali ke awal, memulai belajar hal baru, dimulai dari hal kecil yakni mengamati keunikan Rusia semenjak musim dingin pertama gue di Rusia seperti pernah kecopetan taksi, kerja perdana paruh waktu sebagai pemandu wisata dan tentunya belajar bahasa baru, bahasa Rusia.


Salju men!
November 2018 kalau tak salah, pertama kalinya gue merasakan sejuk menusuknya cuaca Rusia, Moskow lebih tepatnya. Kala itu belum turun salju, hanya udara dingin yang bisa dibilang lebih dingin dari udara puncak atau daerah malang. Tentu bagi gue yang tinggal di daerah khatulistiwa seperti kota Palangka Raya ini menarik, tak perlu lagi pakai pendingin ruangan untuk merasakan hawa sejuk. Namun, itu hanya permulaan ternyata, dinginnya makin menusuk seiring turunnya salju pertama kali di Oktober akhir. Betapa ribetnya, kemana-mana harus pakai jaket musim dingin, bahkan saking dinginnya kita bisa menyimpan daging segar dengan hanya menggantung daging di luar jendela rumah, sungguh musim dingin yang ajaib!

Selain merasakan dinginnya Rusia, gue juga merasakan kecopetan taksi. Kala itu bersama teman sedang kebingungan untuk mengurus dokumen akademik di Rusia, datanglah seorang Rusia dengan baiknya (sepertinya) berniat mengantarkan kami ke lokasi yang kami tujuan. Sialnya, ketika menuju mobil yang ia gunakan, ternyata mobil taksi. Dengan kebodohan yang ada, kami pun naik berharap bahwa ongkos taksi tidak menggila. Benar aja, setelah sampai tujuan yang hanya 10-15 menit perjalanan ternyata ongkosnya 1500 Rub (5 kali lebih mahal dibanding dengan taksi online).Kalau dibandingkan dengan ongkos makan di Rusia kalian bisa dapat 10 biji Kebab Turki, mahal kan ya?

Rusia dinobatkan sebagai bahasa sulit setelah bahasa Indonesia, ya iyalah. 3 bulan pertama gue dihabiskan dengan bengong mendengarkan penjelasan dosen di kelas persiapan bahasa Rusia. Setelah 3 bulan? Akhirnya gue bisa menebak apa yang mereka katakan dalam bahasa Rusia, cuman menebak loh, aslinya mungkin maknanya berbeda. Kata senior, “wajarlah tahun pertama kita tidak mengerti, nikmati aja prosesnya!”.

Damn, I love Russia!
Berbekal 3 hal yakni pernah merasakan dingin, kecopetan dan jago menebak arti bahasa di Rusia akhirnya memberanikan diri untuk kerja sebagai pemandu turis Indonesia. Kala itu bulan Juni akhir, dengan polosnya berangkat ke Moskow untuk menemui tamu backpacker yang perdana. Mereka ada 19 atau 20 orang, aing lupa. Apa rasanya? Wah jujur ini , gugup, senang sekaligus takut mengecewakan para tamu. Sulitnya mencari toilet umum, nyasar ketika naik Metro, bahkan sulit mencari makanan halal dan yang ada nasinya merupakan pengalaman berharga. Alhamdulillah, perjalanan mereka berakhir bahagia. Bahkan beberapa tamu sempat mengingatkan jika pulang ke Indonesia jangan lupa untuk singgah untuk sekedar main dan silaturahmi. Terimakasih bapak/ibu atas keramahannya!

Well, gue bisa bilang kalau sekarang mulai menyukai Rusia. Rusia membuat gue kembali ke awal, untuk belajar menjadi Indonesia yang lebih baik lagi dan tetap menjunjung budaya Indonesia di Rusia, belajar dan terus belajar bahasa asing untuk memperluas wawasan global, serta belajar untuk mencari tambahan uang jajan untuk sekedar membeli kopi sekaligus memperluas jaringan pertemanan seperti menjadi pemandu wisata. Hidup mahasiswa!

Regards,


Post a Comment

0 Comments